Langsung ke konten utama

Merantaulah, Temukan Hal Luar Biasa Di Luar Sana


“ merantau bukan untuk melupakan tanah kelahiran, tapi untuk membawa bendera kemenangan, yang namanya kesabaran, kemandirian, dan sejuta pengalaman baru”. Quote lulu kirei..
 
***
Bagi sebagian orang yang masih awam mungkin akan berpikir “ buat apa nguliahin anak jauh – jauh ke negeri orang,  anak cewek lagi. Toh nanti juga ujung – ujungnya tetap bakalan hidup di rumah juga” ( berumah tangga dan melayani suami ).

Yah.. bolehlah sebagian orang berpikir pendek seperti itu. Tapi bagi kedua orang tuaku. Anak cewek ataupun cowok, bagi mereka memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Khususnya bapakku, yang notabene adalah seorang guru dan kepala sekolah di salah satu madrasah di desaku. Tapi ibundaku juga nggak kalah sama bapakku, dulu juga pernah ngerasain yang namanya ngajar. Maklum lulusan PGA (sekelas SMA kalau zaman sekarang ). Tapi setelah menikah. Ibuku lebih memilih untuk berwirausaha yaitu menjadi penjahit. Sedangkan bapak lebih memilih tetap mengabdi menjadi guru. Karena baginya guru itu adalah pekerjaan yang mulia.

Mungkin karena adanya background itu membuat bapak dan ibuku. Kerap berpikir kalau pendidikan adalah nomor satu. Bapak  juga pernah berpesan. “ sesuatu yang tidak akan pernah lekang oleh waktu adalah ilmu”.  Jadi tuntutlah ilmu sejauh mungkin. Meskipun menuntut ilmu bagiku, memang nggak mesti di bangku sekolah aja. Namun, bisa juga konteksnya lebih luas lagi. Misalnya, belajar dari pengalaman. Kan kata pepatah juga gitu, “pengalaman adalah guru terbaik”.

Jadi, banyak dulu yang sebenarnya nggak setuju, sama terobosan kedua orang tua yang mengharuskan anaknya menempuh pendidikan setinggi – tingginya. Karena kalau kuliah tinggi – tinggi, pasti nanti bayarannya mahal, belum lagi kalau kuliahnya jauh dari kampung halaman. So pasti, bayarnya lebih fantastis lagi. Dan itu yang nggak mereka inginkan. Padahal, kan udah jelas – jelas kalau setiap anak bawa rezekinya masing- masing. Orang tua kan Cuma dititipkan aja. Alias jadi pengelola keuangannya anak – anak mereka. Jadi, buat apa takut kehabisan uang. Selama punya niat baik, mau nyekolahin anak. Allah pasti bakalan ngasi jalan terbaik. Hmm. Koq jadi sok ceramah gini ya..?? ^_^
****
Jadi, sebenarnya dulu kuliah di luar itu bukan sebuah pilihan awal. Tapi lebih tepatnya karena memang udah takdir kali ya.. hehe

Tapi apapun itu, aku tetap bersyukur. Karena bisa merasakan yang namanya pengalaman jadi anak rantau. Ternyata, mengasyikkan juga. Kayak ada rasa asem, manis, pahit, dan asin- asinnya gitu deh.. ( kayak permen nano – nano  aja). Hihi. Pasti pada masih inget kan, yang namanya permen nano- nano..? kalau yang udah lupa, berarti masa kecilnya sedikit agak – agak bahagia kali ya.. ^_^

Dulu, ( sambil menerawang jauh ke masa lalu)..
Ternyata, aku baru sadar, kalau sebenarnya nggak salah dulu bapak maksain buat nyekolahin aku ke luar daerah. Jauh dari jangkauan maupun pantauan kedua orang tua. Karena memang banyak sekali hal yang dapat aku jadikan bahan renungan bahkan pelajaran berharga.

Kata ayahanda, kalau kamu kuliah disini, lebih baik kamu nggak usah kuliah. Dan, akhirnya dengan berat hati dan terpaksa. Memang benar – benar harus menerima dengan ikhlas dan lapang dada. Padahal aslinya, ngedumel sepanjang jalan kenangan.. (&&&).
*****
Selepas SMA,, pas pengumuman kelulusan. Teman – teman pada ramai tuh, yang namanya ngomongin mau lanjutin studi dimana? Kalau udah lulus. Ngambil jurusan apa? Terus di kampus mana?.. arghhh sambil menutup mata, ( eh. Koq menutup mata. Telinga kali ya, yang lebih tepat..) biar nggak denger tuh teman – teman pada ngomongin kuliah.  Tanpa ba bi bu. Akupun berpikir “Sepertinya, aku harus cepat- cepat meninggalkan tempat ini”. Dan benar saja. Akupun meninggalkan mereka. Maksudnya, biar nggak ditanya pertanyaan yang sama. Karena bagiku dulu. Masa SMA itu adalah masa paling indah. Seakan tak ingin cepat berlalu. Sama kayak lirik lagunya almarhum chrisye. “ masa – masa paling indah, masa- masa di sekolah”. Nggak usah dilanjutin ya liriknya. Ngenes banget ntar. Soalnya masa SMA itu benar – benar yang namanya nihil kisah kasihnya. Khusus buatku #curcol dikit boleh donk. Tapi jangan di sebarin ya. Ini rahasia kita berjamaah.. hehe

Alhamdulillah pengumuman kelulusan waktu itu, nggak terlalu mengecewakan buat kami semua kelas 3. Karena semuanya dinyatakan lulus seratus persen.
Akhirnya selang beberapa hari kemudian. Setelah euphoria kelulusan sudah resmi berakhir. Tibalah waktunya kami memikirkan kemana tujuan ke depan. Mau lanjut kuliah? Nganggur? Kerja? Atau justru buat usaha?..

Memilih memang hal yang sulit. Nggak memilih pun tetap namanya sebuah pilihan. Kalau bagiku, kuliah sudah pasti menjadi pilihan utama. Tapi bagi sebagian teman yang lain, yang memang pada dasarnya sudah jenuh bergelut dengan yang namanya alat tulis bahkan buku – buku. Kuliah bukan menjadi prioritas utama.

Dan, bagiku. Itu adalah suatu hal yang lumrah. Udah menjadi hak mereka juga. Mau menetapkan pilihan kemana, bagaimana, dan mau apa ke depan. Itu adalah hidup mereka.
***
Setelah lama berpikir dan merenung dengan semua petuah ayahanda, yang menekankan aku untuk melanjutkan studi ke luar daerah alias kuliah. Akhirnya, aku putuskan untuk mengikuti saran ayahanda. Meski awalnya, aku nggak begitu menyukai yang namanya jurusan pilihan ayah. Aku kasih bocoran ya. (jurusan pilihan ayahku dulu itu adalah kedokteran). Sebelum masuk SMA aku memang udah di persiapkan buat jadi calon petugas kesehatan. Makanya, waktu SMA dulu, ayah masukin aku jurusan IPA . Padahal passionnya lebih menjurus ke bidang bahasa dan sastra. Tapi, ya sudahlah. Apapun jurusanku dulu. Sebenarnya nggak terlalu penting juga. Yang penting sekarang adalah kembali kita membahas topik awal. Yaitu asyiknya menjadi anak rantau.
 Toh. Dimana mana, yang namanya orang tua pasti ingin yang terbaik buat anaknya kan..
****
Selang beberapa minggu kemudian. Tibalah penerimaan mahasiswa baru seluruh universitas di Indonesia. Baik swasta maupun negeri. Dan memang sempat ada dalam pikiranku. Kalau jadi anak kuliahan itu asyik kali ya. Nggak perlu pakai seragam. Terus belajarnya keliatan agak santai. Begitulah hayalan anak muda zaman sekolah. ^^

Setelah mempersiapkan segala kebutuhan. Mulai dari kebutuhan pokok, premier, maupun sekunder bahkan tersier. (maklum selalu terngiang pelajaran ekonomi ) Seperti pakaian secukupnya, buku- buku, segala perlengkapan pendaftaran kuliah alias berkas atau dokumen penting. Diantaranya ijazah dll. Dan yang nggak kalah penting. Persiapan fisik dan mental. Karena akan mengalami situasi dan kondisi yang baru. Pengalaman baru, serta harus beradaptasi dengan lingkungan baru bahkan teman- teman baru.

Persiapan yang sudah rampung 100 persen. Bukan justru membuatku gembira. Tapi, malah membuatku sedih. Karena harus siap untuk meninggalkan kampung halaman, keluarga, dan teman – teman seperjuangan. Meskipun niat baik mau menuntut ilmu. Tapi, tetap aja yang namanya sedih dan bahagia itu selalu berjalan beriringan. Dan nggak bisa di pungkiri, saat itu kesedihan lebih banyak mendapat ruang.

Dengan diantarkan seluruh keluarga berangkat dari tanah kelahiran menuju tanah rantauan. (nganter sampai bandara doank koq). Kebetulan dulu itu, pertama kalinya naik pesawat. Jadi agak sedikit norak. (dulunya masih lewat bandara selaparang mataram).

Entah darimana datangnya gemuruh di dada. Sesak rasanya, air mata pun tak henti- hentinya mengalir. Dan, siapapun itu. Akan merasakan hal yang sama jika dalam posisi sepertiku. Meski hanya sementara, dimana – mana yang namanya perpisahan selalu jadi momen paling mengerikan. Bagiku pribadi.
****
Menikmati perjalanan dengan berurai air mata. Tibalah aku di kota Surabaya. Yang terkenal dengan nama kota pahlawan. Pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, yang paling berkesan buatku adalah panasnya yang membara. Hehe Tapi disamping itu, Surabaya tetaplah menjadi kota yang menakjubkan. Dengan segudang sejarahnya. Setelah puas menikmati kemacetan dan kesibukan ibukota jawa timur ini. Pindah rute lagi. Menuju kota semarang jawa tengah..
******
Semarang bagiku, adalah kenangan. Dari sini, aku banyak menemukan hal baru. Meskipun singkat, namun cukup berkesan. Semarang memang tujuan awalku merantau ke pulau jawa. Perjalanan cukup panjang dan melelahkan jadi bumbu untuk benar- benar bisa sampai ke kota ini. Tapi seru loh.. perlu diketahui juga sih sebenarnya. Merantau ke pulau dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia ini, aku nggak sendirian.  Dulu berangkatnya sama saudara cewek dan satu teman sekolah SMA. ^_^

Rute Surabaya ke Kota Semarang memang lumayan jauh. Bisa dibilang hampir setengah hari. (perginya pakai bus sih.. coba kalau pake pesawat mungkin bisa lebih cepat). Tapi sensasinya emang lebih kerasa kalau pakai bus. Karena selain bisa menikmati pemandangan, juga bisa lebih banyak dapat pengalaman tak terduga. Bisa nikmatin live musik dari sejumlah pengamen jalanan dengan suara yang lumayan keren. Asyik deh pokoknya.. tapi ya gitu deh. Harus dan kudu nyiapin banyak receh. Soalnya pengamen yang nawarin live musiknya nggak Cuma satu orang. (kayaknya setiap bus berhenti ada aja tuh pengamen yang naik).

Perjalanan sekitar setengah hari ditempuh dengan menggunakan bus. Kebayang kan capeknya gimana. Dari mulai sampai bandara internasional juanda Surabaya. Langsung ke terminal bungurasih Surabaya pakai damri. Dulu tarif damri masih lumayan murah sekitar Rp. 15.000 aja per orang. Tapi kalau sekarang mungkin udah naik 5 kali lipat. Terus lanjut perjalanan ke Kota Semarang pakai bus lagi. (nama busnya eka, persis kayak nama tetangga belakang rumah). Hehe Tapi udah lupa tuh tarifnya berapa yang full AC.

Sepanjang perjalanan cukup menyenangkan. Maklum anak kampung baru masuk kota. Agak primitif gimana gitu.. excited juga sih lihat sesuatu yang baru.
Setelah menempuh setengah perjalanan. Sampailah kami (sekarang pakai kata kami dulu, soalnya dari tadi udah pakai aku terus, nggak enak sama yang nemenin pergi. Kalau nggak disebut). Sampailah kami.. di terminal solo. Waktu itu sepertinya sampai sananya malam hari. Kalau nggak salah sekitar jam 10 malam. Soalnya berangkat dari Surabayanya pagi. Hmm. Rada lupa sih sebenarnya. Jadi, bus yang dipakai itu dulu Cuma sampai terminal solo aja. Buat bus ke semarang nya harus carter lagi.

Sampai kota solo ini, atmosfir yang kami dapetin agak sedikit berbeda. Sambutan hangat langsung di berikan para penghuni terminal. Yang notabene kerap dihubung- hubungkan sama yang namanya aksi premanisme dan sejenisnya. (agak berbau Kriminal gitu deh). Awalnya yang ada di dalam pikiran negatif terus. Eh. Taunya diluar dugaan. Mereka, mulai dari sopir bus dan para sopir angkutan yang lain. Nggak ada tuh yang macam – macam. Alhamdulillah aman. Dari situlah, rasa syukurku pada Allah SWT. Tak henti – hentinya tercurah. Karena Allah SWT masih melindungi kami dari orang – orang yang berbuat hal yang tidak diinginkan.

NB: (sertakanlah Allah SWT dalam segala hal, Dalam setiap perjalanan ada banyak hal yang dapat kita pelajari dan ambil hikmahnya. Yang pasti, sebelum berangkat harus berdoa dulu.)
*****
Dari solo, perjalanan berlanjut ke Kota semarang dengan menggunakan bus cepat. Yang kalau udah berhenti, kita kudu cepat – cepat naik. Nah, disini hal uniknya. Kita diajarkan untuk lebih cekatan dalam melangkah. Karena telat sedikit saja. Bus akan meninggalkan kita. Nah. Ada kejadian lucu nih. Kebetulan kita, khusus buat aku dan temanku. Kalau saudaraku sih udah biasa ngalamin hal – hal kayak gini. Dan udah biasa tuh yang namanya naik bus cepat. Maklum dulunya pernah sekolah di jawa juga. Jadi nggak heran. Cuma yang mengherankan dan lucu ya kami berdua ini. Kebetulan, kami kan bawa barang banyak. Dan nggak paham gimana tata cara orang naik bus cepat. Kan baru pertama kali. Jadi wajar aja.. pas kita stop busnya, dan mau naik. Gara – gara kurang cekatan. Nah, teman ini nih kebetulan juga bawa koper. Jadi, naikin kopernya dulu baru orangnya. Ternyata, kopernya aja tuh yang naik. Dan orangnya ketinggalan. Akhirnya, bus yang seyogyanya harus cepat terpaksa nunggu teman itu naik dulu. Hehe.. (pasti nggak ada yang pada ketawa ya. Karena emang nggak lucu, atau guyonannya garing ).

NB: Buat teman – teman yang memang Cuma mau backpakeran. Usahakan jangan bawa barang  banyak kalau mau naik bus ini. Karena bakalan ribet banget. Apalagi bawa koper dengan ukuran besar. Yang kecil aja susah dibawa, apalagi yang besar. Haha.. jangan ngikutin kita ya. Niatnya sih biar hemat biaya kalau naik bus.

Sampai semarang sekitar pukul 00.30. dini hari. Dan suasana kota semarang waktu itu, lumayan sepi. Agak horor sebenarnya, pikiran jadi negatif terus. Takutnya kayak di film – film. Orang asing di jahatin. Dan bla.. bla.. bla.. ihhh.. serem.. tapi Alhamdulillah. Allah Maha Baik. Dalam alqur’an di sebutkan. “ Kalau Allah SWT tidak akan menimpakan ujian kepadamu kecuali akan ada solusi “ dan seperti yang tercantum dalam surat Al insyirah ayat 5 dan 6. Yang menyebutkan “ setiap ada kesulitan, pasti ada kemudahan “. Dan memang benar adanya. Janji Allah SWT itu pasti. Jangan diragukan lagi. Kami akhirnya mendapatkan pertolongan dari arah yang tak di sangka – sangka. Mungkin berkat doa kedua orang tua juga.

Selang beberapa menit kami turun dari bus cepat. Datanglah tiga orang tukang ojek. Yang kala itu, berpakaian cukup rapi dan modis tentunya. Kalau di pikir- pikir secara logika. Mana ada ya tukang ojek yang penampilannya udah kayak pekerja kantoran. Pakai baju berkerah alias hem. Celana kain dengan setrikaan rapi. Sepatu pantopel, muka lumayan putih bersih walaupun usianya udah paruh baya dan yang lebih mengherankan lagi motor yang dipakai keren banget. Kalau boleh disebutin merk nya. Mereka pakai motor merk vixion. Kan, kalau dibandingin zaman sekarang. Motor kayak gitu mah udah kurang eksis. Cuma, kalau dulu sekitar tahun 2009 an. Setidaknya masih eksis banget, dan mereka ngojeknya pakai itu. Entah karena memang disana tukang ojeknya udah pada trendi atau memang kami bertiganya aja yang agak sedikit primitif. Baru pertama kali lihat ojek kayak gitu. Tapi, sepertinya bukan karena itu deh. Ojeknya pada nggak biasa nih, dari segi waktu aja. Waktu itu ojeknya pada datang sekitar pukul 01.00 dini hari loh. Kan setengah jam setelah kami turun dari bus. Kami nggak langsung pergi kemana- mana. Karena memang awalnya saudaraku atau my sister. (sok bahasa inggris segala nih ). Nelpon temannya dulu. Kebetulan beliau punya teman yang kerjanya jadi TNI dan tugas di semarang. Jadi, agak lama tuh kita nunggu di tempat bus nurunin kami tadi. Kebayang nggak sih horornya gimana. Dan percaya nggak percaya. Pengalaman mistis ini benar – benar terjadi pada kami bertiga. .

(nulis bagian ini jadi merinding).. up to you, but its true Happen.. ini kisah nyata, yang memang diluar logika manusia. Hanya Allah SWT yang tahu maksud dari ketiga ojek yang dikirim untuk kami.

Setelah menelpon temannya yang nun jauh disana buat jemput kami. Karena kebetulan teman kakak ini nggak bisa jemput. Karena ada tugas di luar kota. Teman kakak ini nyaranin buat nelpon anak Lombok timur waktu itu, kebetulan kuliah disana, buat nyariin jemputan. Dan anak itu pun menyanggupi. Tapi, sebelum anak Lombok timur itu benar- benar dapat jemputan buat kami. Kami sudah lebih dulu sampai lokasi. Dan yang lebih aneh bin heran banget. Darimana coba tukang ojek keren itu tahu lokasi kos anak Lombok timur. Yang memang pada awalnya teman kakak nyaranin buat tinggal sementara disana. Ditambah lagi, setelah sampai lokasi. Tiga tukang ojek yang entah datang darimana. Ketika kami bayar, mereka Cuma minta dibayarnya Rp. 14.000 aja. Nggak lebih dan nggak kurang. Kami yang memang dari awal pengen minim budget ya syukur – syukur aja bayar segitu. Haha

Tapi, diluar itu semua. Awalnya kami semua nggak naruh curiga atau belum begitu sadar terhadap keanehan yang terjadi. Tapi, setelah kami resmi bertemu dengan sang anak Lombok timur. Yang duduk sendiri depan gang. Sambil nelpon sana sini. Nanyain ojek yang mau jemput kami. Kalau dikutip kata- katanya kurang lebih seperti ini “ loh kak. Koq udah nyampai sini. Baru aja saya nelponin ojek buat jemput. Tapi, masih belum ada nih. Tadi siapa yang nganter kesini..? (sebelum itu, kakak nanya dulu sama anak lotim itu. Lebih tepatnya kenalan dulu, buat memastikan benar apa nggak sih kalau dia yang kami cari) dan memang benar dialah orangnya. Gadis cantik dengan rambut terurai panjang bernama anggra. Setelah mendapat pernyataan seperti itu dari anggra. Langsung muka kami bertiga jadi kaget bin ngerii ditambah bertanya- tanya tentunya. Karena itu artinya, yang jemput kami tadi siapa donk..?? ada yang bisa jawab nggak.. ?? grrrrrr….

Dan kami pun baru sadar. Setelah kami resmi membayar, ketiga ojek tadi pun langsung menghilang entah kemana. Paginya pun, selama kami tinggal di semarang dalam kurun waktu dua bulan setengah. Nggak pernah tuh sekalipun ketemu sama ketiga tukang ojek misterius itu. Sampai kami hengkang atau angkat kaki dari semarang. Ketiga tukang ojek itu seperti raib ditelan bumi. Kadang buat ngilangin rasa penasaran kami terhadap ketiga tukang ojek itu. Kami rela menyusuri setiap sudut pangkalan ojek disana. Buat memastikan, ada nggak sih tukang ojek sekeren itu. Dan memang nggak ada yang kelihatan. Palingan tukang ojek penampilannya biasa aja. Kayak tukang ojek pada umumnya. Yang suka pakai jaket dari dealer. Itu ojek zaman dulu. Kalau sekarang mah, tukang ojek udah gaul ada seragamnya. Kayak gojek kan pake seragam hijau. Dan kejadian itu, sampai saat ini masih terus membekas di memoriku.

Siapa sebenarnya mereka..? darimana..? apakah mereka malaikat..? jin..? makhluk halus sejenis hantu yang menjelma jadi manusia..? atau memang manusia biasa yang dikirim Allah untuk membantu kami para perantau..? entahlah.. hanya Allah SWT yang tahu jawabannya. Biarlah kejadian itu menjadi sebuah kenangan misterius yang terjadi sekali seumur hidupku.
****
Sejak kejadian tukang ojek itu. Akupun mulai sedikit agak parno alias paranoid. Misalnya kalau mau masuk kamar mandi. Atau pergi ke tempat yang memang agak sepi. Hiii.. tambah serem nih nulis bagian ini.. udahan ya horornya. Ngeri nih sendiri di kamar ..

Tibalah saatnya, pendaftaran mahasiswa baru di kampus ngudi waluyo semarang. Untuk menyelesaikan semua urusan pendaftaran di kampus ini. kami harus rela numpang di kosnya anggra sampai benar – benar keterima jadi mahasiswa disana. Dan benar aja, setelah melalui proses seleksi yang cukup ketat dan lumayan lama. Mulai dari tes tulis, tes potensi akademik, dan yang terakhir tes kesehatan. Pada bagian tes ini, kategori yang harus dipenuhi adalah tinggi badan, nggak punya riwayat sakit parah, dan yang terakhir nggak sakit mata. Untungnya diriku ini, nggak terlalu pendek amat. Lumayanlah tingginya cocok buat di pertimbangkan. Mata juga sehat. Dan memang nggak punya riwayat penyakit parah juga. Alhamdulillah. Akhirnya lolos seleksi ke tahap selanjutnya. Tapi, entah kenapa setelah masuk tahap kedua ini. Semangat buat ngelanjutin cita- cita bapak yang pengen lihat anaknya sekolah kesehatan sepertinya kendor pada tahap ini. Entah kenapa..
****
Setelah benar – benar nggak ngelanjutin ke tahapan selanjutnya. Padahal udah menghabiskan biaya banyak nih di tempat ini. Mulai dari makan, biaya pendaftaran, terus biaya lainnya. Yang kalau di hitung – hitung sekitar jutaan. Ditambah lagi intensitas waktu kami tinggal di semarang ini yang lumayan lama.

Dengan berat hati memberitahukan bapak kalau aku nggak bisa lanjutin ke tahapan selanjutnya karena alasan biaya juga. Sanggup nggak sih bapak biayain semesterku tiap bulan. Tahu sendiri kan kalau kuliah kesehatan itu nggak murah. Tapi demi menyenangkan hati bapak. Aku bilang aja kalau aku lulus seleksi tapi masuk cadangan. Dan nggak tahu kapan mau di seleksi lagi. Kalau terlalu lama kan sayang waktunya terbuang percuma. Jadi, gimana kalau nyari kampus yang lain lagi pak..?? begitulah kira – kira pertanyaanku. Bapak pun menyetujuinya.

Pilihan pun jatuh ke kampus Universitas Diponegoro semarang. Termasuk jajaran 10 besar kampus terbaik di Indonesia. Akupun mendaftar disini. Dengan pilihan jurusan yang sama yakni kesehatan. Selain undip dua kampus lainnya yakni Universitas negeri semarang dan universitas brawijaya malang. Tapi , semuanya nggak ada yang lolos.

Nggak ada satupun yang lolos. Akhirnya, waktu di semarang kami habiskan untuk berjalan – jalan menikmati keindahan dan suasana kota semarang.

NB: Dalam perjalanan ini, Allah tentunya telah menyiapkan rencana yang lebih indah untukku. Karena barangkali sesuatu yang kamu benci terdapat kebaikan di dalamnya dan sesuatu yang kamu cintai terdapat keburukan di dalamnya. Hanya Allah lah yang Maha Mengetahui segalanya. Apapun yang di ikhtiarkan kalau Allah mengatakan terjadi, maka akan pasti terjadi. Begitupun sebaliknya. Dan memang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan jalan yang dilalui tidak selamanya mulus. Pasti akan ada onak duri yang menyertainya. Begitupun dalam tulisanku ini. Allah mungkin tidak memberikan langsung sesuatu yang kita inginkan untuk melihat sejauh mana usaha kita untuk menggapainya.

Dan semarang, adalah tempat dimana aku berjuang mengawali semuanya, untuk menuju inti dari semua kisah yang ingin aku tuturkan pada bagian selanjutnya dari tulisanku ini.  
(semarang ke malang ditempuh dengan menggunakan kereta)
******
Dan tibalah aku pada inti dari cerita ini..
“ setidaknya, jika aku tidak datang ke kota ini. Maka aku takkan bisa menemukan kalian. Tidak akan bisa merajut asa, berbagi suka dan duka. Tertawa bersama, hingga tak ada lagi kesedihan yang tersisa hanya bahagia “.
******
Malang..
Bahkan tak pernah terlintas dalam pikiran untuk bisa menjejakkan kaki di kota ini. Kota yang ramah dengan julukan kota bunga ini. Menjanjikan sejuta harapan bagi seorang perantau sepertiku.
Disini, aku menemukan bahagia…
Bahagia, bahkan di waktu tersedih sekalipun..
Jika boleh ku pinta, izinkanlah aku kembali ke kota ini lagi..
******
Yah.. malang menempaku menjadi pribadi yang mandiri. Hidup disini layaknya sebuah perjuangan. Apa – apa dikerjain sendiri. Awal masuk kuliah dulu sempat numpang sama tetangga, yang memang beli rumah di sini. Sampai berbulan – bulan hidup dalam naungan tetangga memang sedikit merepotkan. Bukan akunya sih yang repot. Tapi tetanggaku yang tiap hari memang harus siap menambah jatah makan. Hmmm.. nasib dirantauan emang begitu.

Selama menumpang itu. Aku jadi harus terbiasa menebalkan muka setiap hari. Meskipun tetanggaku itu nggak pernah Komplain. Aku mau tinggal di rumahnya selama mungkin. Terserah aku. Tapi tetap aja yang namanya numpang, pasti banyakan nggak enaknya lah..

Numpang disana itu, karena memang masih menunggu yang namanya pengumuman SNMPTN. Keterima kuliah apa nggak. Tapi tahu – tahunya di sini dua kali daftar juga. Tetap aja nggak ada yang lolos satupun. Dari mulai SNMPTN sampai jalur mandiri. Nihil semuanya..

Terpaksa muter otak deh.. kepikiran buat nganggur aja. Nggak usah yang namanya kuliah. Toh. Nggak ada yang lolos satupun. Tapi kala itu, Allah memang masih mengizinkan aku buat tetap melanjutkan misi untuk kuliah. Meskipun nggak ngambil yang namanya jurusan kesehatan. Dan memang benar, dulu di Universitas Brawijaya Malang. Ternyata masih membuka pendaftaran mahasiswa baru fakultas vokasi sekelas D3. Memang masih tergolong baru. Cuma syukur – syukur lah waktu itu bisa daftar difakultas ini.

Rencananya, kalau nggak keterima kuliah pengennya nganggur aja. Atau kalau nggak nyari kesibukan lain. Misalnya kursus bahasa inggris. Setidaknya bisa jago bahasa inggris nanti sebelum benar- benar dapat tempat kuliah yang cocok. Tapi nasib memang berkata lain. Aku akhirnya memutuskan untuk daftar. Waktu daftar nggak paham banget sama jurusan yang aku pilih. Akhirnya apa yang menurutku masih asing itulah yang menjadi pilihan. Dan pilihanku pun jatuh pada jurusan public relations sama jurnalistik. Kebetulan waktu itu. Kalau daftar online disediakan dua pilihan jurusan.

Tapi kala itu, untuk jurusan jurnalistik peminatnya masih sedikit. Akhirnya semua 
yang daftar ngambil pilihan pertama nya jurnalistik. Di gabung sama jurusan public relations. Dan aku termasuk salah satunya. Kata public relations ini memang masih begitu asing bagiku waktu itu. Tapi, tetap aja yang namanya rencana Allah SWT. Memang nggak ada yang tahu. Baik buruknya kita tetap akan menjalaninya juga. Begitupun aku. Akupun tetap menerima yang namanya kenyataan harus mengambil jurusan yang benar- benar bukan menjadi impianku selama ini.
Tapi aku bersyukur, karena dari jurusan ini. Aku bisa mengenal sosok teman – teman dan sahabat yang baik.
****
Selama menumpang di rumah tetangga itu. Sebelum berangkat kuliah. Biasanya bantu – bantu dulu di rumahnya. Misalnya, bantu jualan, dan bantuin masak. Seperti itulah.. nggak enak kalau Cuma ongkang – ongkang kaki aja. Hehe
Menjalani hari – hari, selama beberapa bulan menumpang. Membuatku memilih alternatif lain. Nyari kos – kosan dekat dengan kampus. Biar bisa jalan kaki aja kalau berangkat. (maklum dulu kan nggak punya kendaraan sendiri) Awalnya nemu kos – kosan murah. Tapi, kalau mau ke kampus harus jalan kaki dulu hampir 2 kilometer. Bisa dibayangin, kalau tiap hari jalan dengan jarak kayak gitu. Ampunnn deh.. betis pasti udah ngalahin kaki gajah. Hahaha

Setelah benar- benar pindah kos. Akhirnya disitu aku baru ngerasain gimana susahnya ngelakuin apa – apa sendiri. Kan kalau numpang di tetangga, semua nya di tanggung. Kalau ngekos mah beda lagi. Yang paling parah kalau di kos itu, pas lagi sakit. Nggak ada yang ngurusin. Keluarga jauh, kalaupun ada teman yang peduli juga pastinya tetap aja, lebih nyaman di rumah aja sakitnya. Atau nggak usah sakit deh sekalian. J

Kalau ngekos. kita harus bisa ngatur keuangan sendiri. Ngatur jadwal kegiatan sehari – hari. Dan yang nggak kalah penting, harus pintar bergaul sama teman satu kos. Untungnya, teman satu kos kala itu. Memang orang – orang yang easy going semua. Enak di ajak becanda, asyik di ajak main, dan ramah – ramah. Mereka udah seperti keluarga bagiku. Dan begitupun sebaliknya. Mereka udah nganggap aku juga seperti keluarga.

Kalau di tempat kos sebelumnya, sepi memang jadi teman sehari – hari. meskipun dulunya, aku satu kos sama salah satu teman sedaerah juga. Di tempat kos itu, Nggak ada yang bisa diajak becanda. Semua sibuk dengan dunianya masing – masing. Untungnya, dulu aku pernah mondok. Jadi udah sedikit terbiasa dengan kelakuan teman – teman yang cuek dan kadang nggak seramah apa yang kita pikirkan. Tapi, ada juga koq yang lumayan baik disana. Cuma segelintir aja. Dan itupun kadang – kadang. hehe

NB: kalau di rantauan itu. Harus siap buat ngelakuin sesuatu sendirian. Kelola uang sendiri. Yang biasanya kalau di rumah dimasakin ibu. Di kos mah harus bisa masak sendiri. Khusus bagi yang mau berhemat. Siap – siap ngitung pengeluaran sehari – hari. Usahakan seminimal mungkin.. apalagi kalau kiriman dari rumah itu Cuma cukup buat hidup sebulan. Jadi, harus pintar memanage keuangan. (ini tips khusus buat anak rantauan yang memang berasal dari luar pulau). Kalau belum bisa cari uang. Nggak usah sok hamburin uang. Kasihan orang tua di rumah.

Memang kalau di lingkungan baru. Orang kadang susah adaptasinya. Apalagi kalau udah di lingkungan yang memang benar- benar kultur dan budayanya berbeda. Pasti bakalan tambah susah adaptasinya. Jadi, alternatif kalau kayak gini itu. Usahakan kenalan sama satu orang yang memang menurut kita layak atau mau di jadiin pusat informasi. Sok kenal sok dekat (SKSD) kadang dibutuhkan loh dalam hal kayak gini. Hehe

Awal ketemu teman baru juga aku dulu begitu. Susah banget buat berbaur sama mereka. Kadang kalau udah jam istirahat kuliah. Pasti lebih milih menyendiri. Tapi untungnya nggak sampai membuat hidupku full dengan kesendirian. Apa gunanya coba kita di kasih mulut buat ngomong. Hahaha

Dengan merantau kita bisa benar- benar ditempa untuk menjadi pribadi yang mandiri. Bisa mengatasi masalah sendiri. Bisa belajar banyak hal. Dapat banyak pengalaman baru. Bertemu dengan orang – orang baru, dengan beragam karakter dan kultur budaya serta daerah yang berbeda.

Jadi, sebelum menyesal nantinya. Jangan ragu – ragu buat merantau. Pasang niat, ambil ransel, dan sediakan perbekalan yang cukup. Karena setiap kunjungan kita ke tempat yang baru. Banyak hal baru yang akan kita temukan dan banyak hal yang akan bisa kita ceritakan.
*****
Bertemu dengan orang baru dan berada di lingkungan yang baru. Bagiku adalah hal yang biasa. Tapi, ketika di rantauan. Bertemu orang baru menjadi hal paling luar biasa bagiku. Perbedaan begitu kental dan terasa sekali. Contohnya dari segi bahasa aja udah beda banget. Maklum kita beda propinsi. Dari segi karakter penghuninya, gaya hidup, pokoknya banyak deh yang bikin beda.

Tapi, perbedaan itu bukan menjauhkan kita. Malah, perbedaan itu yang justru mendekatkan kita. Membuat kita semakin ingin untuk mencari persamaan. Baik persepsi maupun pemikiran.

Entah itu perbedaan atau persamaan. Yang jelas, di rantauan ini. Aku benar  benar menemukan teman atau lebih tepatnya sahabat sejati. Mereka orang – orang yang dulunya hanya aku anggap biasa aja. Ternyata begitu istimewa. Mereka yang selalu setia menjadi pelipur lara. Mereka yang selalu siap untuk diajak bersenda gurau. Menghabiskan waktu bersama. Memiliki hobi yang sama. Memiliki tujuan yang sama. Bahkan memiliki impian yang hampir sama. Yang membedakan hanya daerah kami saja.

Mereka ini adalah sahabat terbaikku selama di rantauan. Mereka selalu siap menjadi pendengar setia. Membantu aku saat di timpa kesulitan. dan pastinya siap diajak curhat sampai pagi. Hahaha

Menjadi anak rantau itu memang asyik.. dan keberadaan kalian semua semakin membuat asyik dalam setiap hariku di kota ini.. menambah memori manis di kota yang cantik secantik julukannya “kota bunga”. (bukan secantik namanya). Hehe
Malang.. setiap sudut tempat dikota ini selalu membuatku rindu.. L
---Rindu ingin kembali lagi menuai kenangan manis bersama kalian. Sahabat – sahabatku di rantauan..

@Nenden Alfaini solihah
@Ainun Fatmawati
Dua sahabatku yang paling perhatian, dan selalu easy going.. kadang hidup itu perlu sedikit konyol. Kita masih punya punya impian yang ingin kita wujudkan bersama.. aku rindu kalian..
@Ellon Dwi
Aku banyak belajar darimu tentang perjuangan serta kreatifitas tanpa batas. 
@Ambarsari retno 
Terima kasih buat sarannya selama ini buat kami bertiga, maaf kadang buat gregetan dan kesal.
@Sulfi Astriana 
Darimu Aku berlajar pentingnya menjadi pribadi yang percaya diri
Ayuningtyas Ngesti
Kangen jadi emak rempong bareng kamu. 
@Warga kertoasri 71
Kos di tempat ini membuatku menemukan banyak hal. Ternyata perbedaan itu tidak selalu berarti buruk. Kalian semua teman – teman yang asyik dan baik.
@Public Relations 09
Kalian semua mengajarkanku untuk bisa lebih terbuka baik dalam bersikap maupun berpikir.
Semoga Tuhan mempertemukan kita kembali.. *_* hiks hiks.. (nulis bagian ini air mata g bisa ditahan lagi)..  I am sad..

NB: BAGI YANG BACA TULISANKU. SEMOGA DAPAT MENGAMBIL MANFAATNYA. MESKIPUN AGAK SEDIKIT CURHAT TAPI SETIDAKNYA BISA JADI BAHAN RENUNGAN. KALAU MERANTAU ITU NGGAK SELALU BERARTI BURUK.
SAMPAI KETEMU DI TULISANKU SELANJUTNYA YA.. J


 



 















Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh naskah berita feature

LEAD IN: SALAH SATU OBJEK WISATA INDONESIA YANG TELAH LAMA MENDUNIA ADALAH PULAU DEWATA BALI / DAN PULAU CANTIK NAN EKSOTIK INI TAK TERLEPAS DARI KARYA SENI BERNILAI TINGGI / SALAH SATUNYA ADALAH KERAJINAN KAIN TENUN // BERAGAM KERAJINAN TENUN DENGAN BERBAGAI MOTIF PUN BISA DI JUMPAI DI PULAU DEWATA INI// SALAH SATU HASIL KERAJINAN TENUN/ YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA/ DAN MASIH DILESTARIKAN HINGGA SAAT INI/ YAITU TENUN CEPUK RANGRANG/ HASIL KREATIFITAS WARGA DUSUN PAKRAMAN KARANG / DESA PEJUKUTAN KECAMATAN NUSA PENIDA PROPINSI BALI//     PKG.. SIAPA YANG TAK KENAL  BALI/ PULAU  NAN ELOK DENGAN PANORAMA ALAM YANG MEMANJAKAN MATA/MENJADI DAYA TARIK TERSENDIRI/SERTA SURGA BAGI PARA WISATAWAN//   TIDAK HANYA TERSOHOR DENGAN KEINDAHANNYA/ DI PULAU NAN ELOK INI / BERAGAM KARYA SENI DAPAT KITA JUMPAI/ SALAH SATUNYA KERAJINAN TENUN/ DENGAN BERAGAM MOTIF DAN CIRI KHAS//   SENTRA PENGHASIL KERAJINAN TENUN/ DENGAN MOTIF KHAS DAN SAAT I...

"Cerita dari Jakarta" by pramoedya ananta toer

Ketika membongkar buku-buku di rumah. Eh. Tiba- tiba nemu buku ini " cerita dari jakarta " karyanya pramoedya ananta toer. Yang notabene adalah seorang penulis ternama di indonesia. Bapak sastra indonesia. Setiap karyanya selalu menarik untuk di baca. Nah. Untuk buku kali ini. "Cerita dari jakarta" adalah merupakan sekumpulan cerpen yang mengisahkan tentang beragam perjalanan hidup di kota metropolitan jakarta. Yang mengambil setting waktu tahun 1948- 1965.. Beragam cerita pendek dalam buku ini. Akan membuat kita kadang merasa miris, merasa sedih bahkan bahagia. Digambarkan begitu menarik dan tentunya asyik untuk dibaca. Saya awalnya tidak begitu tertarik dengan buku yang satu ini. Karena menurut saya mungkin isinya nanti akan sulit dicerna. Eh. Ternyata diluar dugaan. Buku ini setiap lembarannya membuat saya ingin terus membaca dan membaca lagi. Untuk lebih jelasnya mungkin sahabat bisa membaca sendiri buku ini. Kumpulan cerpen di dalamnya membuat kita akan leb...

bukit batu idung, mahakarya Tuhan yang tak terkira

Minggu, 25 Juli 2015 Sore hari yang paling enak dan asyik untuk bersantai, sekedar melepas penat karena seharian bergelut dengan beragam aktifitas yang bisa dibilang seabrek.. ^_^ Tapi, ketika badan mulai direbahkan di atas kasur yang tidak begitu empuk.. tiba tiba dari luar kamar terdengar suara samar samar tapi agak sedikit ribut, dan eng ing eng.. adik adikku, kalau di liat dari tampang mereka, bisa dibilang g malu maluin kalau di ajak keluar atau hangout bareng.. hehe Baiklah.. kembali ke laptop,, *Niruin jargonnya Mr. Tukul* jadi usut punya usut, ternyata pada hari itu, menit itu, dan jam itu, mereka ngajakin aku buat hangout bareng. aku sih mau aja. Namanya juga pengen nyari hiburan alias refreshing . karena hampir setiap hari disibukkan dengan rutinitas kantor. Yang mau tanggal merah, kuning, hijau, * kayak traffic light   tetep g ada liburnya.. *** Sampai dengan bersiap siap menuju salah satu lokasi yang jadi rekomendasi buat refreshing sekaligus ...