![]() |
Enny Nuraheni Didampingi Dua Peserta Pelatihan Vokasi di Lombok Raya (16/03/18). |
Nama Enny Nuraheni cukup populer dikalangan para photographer dalam maupun luar negeri. Kecintaannya terhadap dunia Fotografi membuatnya menjadi Wanita pertama di Asia yang menjadi Chief Photographer dan Photo Editor Thomson Reuters Indonesia. Selama 27 tahun tepat pada tahun 1986. Enny memulai perjalanan hidupnya bergelut dengan Lensa dan Kamera. Pahit manis dunia fotografi pernah dirasakan Enny. Mulai dari mengambil foto konflik hingga menggunakan peralatan sampai pengiriman dengan masih terbatasnya alat dan sarana ke redaksi.
Awal memulai karirnya menjadi Jurnalis Foto di Thomson Reuters Indonesia. Setelah lulus dari D3 ABA (Akademi Bahasa Asing) tahun 1986, Enny lalu melamar pekerjaan ke biro Reuters Jakarta yang sedang membuka lowongan untuk posisi fotografer. Kala itu, Enny tidak banyak mengetahui ketentuan melamar pekerjaan. Dengan bermodalkan Kamera, serta sedikit pengetahuan tentang dunia fotografi yang banyak ia pelajari dari saudara laki - lakinya. Enny nekat datang ke kantor Reuters, Pengalaman di studio membuat Enny unggul dari ribuan pelamar lainnya. Di saat orang lain masih mengandalkan studio foto komersial, ia sudah mampu memproses cuci cetak sendiri.
Menurut Ibu Dua orang anak ini. Hal yang paling berkesan selama berkecimpung dalam dunia Jurnalis fotografi tersebut adalah bisa memberikan yang terbaik untuk dunia. Memperlihatkan Indonesia di mata dunia. "Karena Indonesia indah sekali, mulai dari Budaya, Alam, Politik dan Provinsinya unik semua," tuturnya.
Selama bekerja di Reuters banyak pengalaman menarik dan menantang yang pernah ia dapatkan. Dari mulai meliput acara kepresidenan, Sea Games, pesawat jatuh sampai konflik di Timor-Timur, kerusuhan Ambon dan Sampit yang menjadi liputan paling berkesan bagi Wanita 58 tahun tersebut. Selain karena panggilan jiwa juga tuntutan redaksi, Membuat ia harus selalu siap kemanapun dan kapanpun ditugaskan untuk meliput. Bahkan disaat terakhir sebelum persalinan ia masih sempat meliput pertandingan bola.
Awalnya keluarga terutama sang Suami selalu komplain karena kesibukannya diluar rumah melakukan peliputan. Namun karena komitmen yang sudah dibangun berdua untuk tetap saling percaya dan tidak membatasi karir masing - masing. Membuat Wanita kelahiran Wonosobo Jawa Tengah 27 Desember 1960 itu tetap melakukan pekerjaannya.
Meski fotografi kebanyakan didominasi kaum Pria. Namun Enny menjadi bukti bahwa tidak hanya kaum Pria yang mampu berkarya. Wanita juga bisa menjadi sosok tangguh hadir diantara kaum Pria, tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang Wanita bahkan menjadi seorang Ibu. Setelah pensiun dari Reuters, kini Enny fokus mengurus keluarga. Namun, masih tetap aktif membagi pengalaman dan ilmu melalui workshop atau berbagai pelatihan terkait fotografi. Meski terkadang keinginan untuk kembali menggeluti dunia fotografi kerap muncul. Namun mengingat usianya sudah tidak lagi muda. Enny hanya berharap bisa terus berbagi. Berbagi pengalaman dan ilmu yang telah ia dapatkan selama ini. " tiba saatnya menurunkan pengalaman yang saya dapatkan, memberi tips, bagi yang muda untuk berkarya," tandasnya.
Komentar
Posting Komentar