Nikmat idul fitri setelah satu bulan berpuasa sangat terasa sekali saat semua orang berkumpul melaksanakan shalat ied lalu saling bermaafan.
Sedih dan mengharu biru kadang menjadi bumbu disetiap momen idul fitri. Terlebih momen bermaafan dengan kedua orangtua.
Aku merasakan betapa nikmatnya ketika bisa mencium tangan bahkan mencium kaki orangtua terutama ibu. Meski setiap harinya hal tersebut selalu aku lakukan, namun sensasinya begitu berbeda ketika idul fitri dengan hari biasanya. Ibu selalu gembira ketika kami semua anak-anaknya bisa melakukan hal itu sebagai tanda bakti kami. Dan begitupun sebaliknya, aku bahagia melakukan hal itu.
Ibu selalu mengajarkan kami untuk menjadi anak yang berbakti. Menjaga norma kesopanan terhadap orang lain, menjaga sikap dan berusaha bertutur kata yang baik, serta satu petuah yang selalu aku pegang hingga saat ini adalah selalu berbuat baik, meski orang lain tidak melakukan demikian, karena setiap kebaikan itu akan dibalas dengan kebaikan. Meskipun balasannya bukan langsung dari orang yang kita berbuat baik padanya, mungkin balasan kebaikannya datang dari orang lain. Jangan pernah dendam sedikitpun terhadap orang lain bagaimanapun kamu disakiti. Jadilah orang yang pemaaf. Begitulah, nasehat demi nasehat selalu diberikan pada kami. Dan memang apa yang beliau katakan benar adanya.
Ibu adalah satu-satunya orangtua yang aku punya saat ini. Sebisa mungkin aku ingin membahagiakan ibu. Begitupun sebaliknya, ibu juga ingin aku selalu bahagia. Mendapat apa yang aku inginkan dan berbagai harapan lainnya.
Aku anak ke-7 dari 8 bersaudara. Aku termasuk anak cewek paling bontot di keluarga. Semua saudaraku sudah berumah tangga. Tinggal aku dan adikku saja yang masih belum.
Sama seperti saudara lainnya. Ibu memperlakukan aku sangat penuh cinta. Meski seringkali membuat beliau marah dan kecewa. Aku termasuk dalam kategori anak penurut dalam keluarga. Jarang sekali melakukan kekeliruan hingga membuat ibu murka. Meskipun pernah sekali dua kali.
Aku memiliki sedikit persamaan dengan ibu. Meski dari segi wajah, tentu saja ibuku lebih cantik dan anggun. Sedangkan aku, wajah ya biasa2 aja dan sedikit tomboy. Mungkin setelah umur 27 saat ini. Tingkat ketomboy an itu mulai berkurang. Kalau dulu ngga usah ditanya, teman mainku ya cowok semua. Tapi sampai sekarang pun masih begitu. Hihi
Aku memprediksi bahwa dulu ibu pas masih muda sangat anggun. Tapi ternyata usut punya usut. Ibu juga ternyata dulunya adalah gadis tomboy. Disini persamaan kami terkuak. Hehe
Selain sama2 berjiwa sedikit perkasa. Hari lahir kami pun sama, sama-sama hari Kamis. Bahkan kata orang kebanyakan aku sama ibu memiliki perangai yang hampir mirip. Ibu ngga suka bakso aku ngga suka daging. Mata kami, sama2 agak sipit. Selera humor kamipun sama. Meskipun mungkin aku yang lebih sering membuat lelucon hingga ibu tertawa. Ibu mungkin juga sedikit egois seperti aku. Tapi beliau sangat penyabar. Ngga pernah sekalipun ibu akan mengeluarkan kata-kata kasar meskipun sedang marah besar. Hasil masakanku dengan ibu juga hampir mirip. Meskipun lebih enak ibu sih. Beliau juga adalah wanita solehah. Ibu adalah sosok kebanggaanku, panutanku. Untuk pendidikan ibu selalu menomorsatukan. Untuk persamaan mungkin sedikit saja. Karena meskipun banyak persamaan tapi pada dasarnya aku dan ibu sangat berbeda. Tentunya dalam lifestyle. Ibu orang yang realistis. Ngga suka sama hal yang tidak berfaedah. Misalnya nih kita ajak nonton ke bioskop atau minta izin naik gunung. Semua kegiatan itu hampir tidak akan pernah dikabulkan. Karena dianggap tidak berfaedah.
Ibu jarang marah, tapi sekalinya marah agak serem. Sosok ibu menurutku adalah wanita yang tangguh. Bapak beruntung sekali mendapatkan wanita seperti ibu.
Mendapat predikat sebagai anak penurut ternyata menjadi beban tersendiri. Untuk aku anak gadisnya yang belum berumah tangga. Ibu sangat selektif. Terutama soal calon pendamping hidup. Entah karena alasan apa. Ibu selalu menolak setiap pemuda yang datang ke rumah.
Aku selalu dilema setiap kali berbicara tentang calon di hadapan ibu. Ketika ekspektasi ibu begitu tinggi tentang calon pendampingku. Disitulah beban tersendiri buatku. Aku anak paling bontot. Jadi dapetnya harus lebih dari saudaraku yang lain. Ibu jarang meminta apa2 dariku. Tapi entah kenapa permintaannya kali ini begitu berat. Sangat berat dihati dan pikiranku.
Sayangnya aku tidak punya jiwa pemberontak. Sehingga terkadang meski permintaan ibu berlawanan dengan hati nuraniku. Tetap saja aku turuti. Karena ibu benar. Tapi bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan. Kali ini, aku hanya ingin meminta sama ibu agar memilih sesuatu berdasarkan pilihan dan hati nuraniku sendiri. Entahlah. Aku masih sanksi, apakah permintaanku kali ini akan dikabulkan. Ataukah aku justru akan dianggap menjadi seorang pemberontak bahkan menjadi sosok anak durhaka dimata ibu. Semoga saja tidak.
Ibu orang baik. Pasti akan bisa menerima keputusanku. Sepahit apapun itu. Kenapa jadi melow gini ya. Arrrghh. Ibu i love you.. ibu tidak akan pernah tergantikan dalam hatiku.
Tapi aku yakin. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang akan mendatangkan mudharat bagi hambaNya. Pasti disana akan ada manfaat. Berharap yang terbaik aja untuk hidupku dan keluargaku dan untuk semua orang yang aku sayangi.
Di momen idul fitri ini aku ingin jiwaku bisa berlebaran juga. Merasakan hari kemenangan dengan nikmat. Mendapatkan kemerdekaan jiwa dan raga. Segala beban pikiran bisa terangkat dan perasaanpun semakin baik. Tapi alangkah mirisnya aku saat ini. Jiwaku nyatanya masih belum merasakan nikmatnya berlebaran.
Kepalaku sakit Ya Allah. Kenapa sudah dua mingguan sakit tenggorokan ini tidak kunjung sembuh. Dadaku sedikit sesak. Capek batuk terus dari pagi sampai malam. Bahkan sampai pagi lagi. Berikanlah kesembuhan. Sepertinya butuh terapi otak. 😣😣
Sedih dan mengharu biru kadang menjadi bumbu disetiap momen idul fitri. Terlebih momen bermaafan dengan kedua orangtua.
Aku merasakan betapa nikmatnya ketika bisa mencium tangan bahkan mencium kaki orangtua terutama ibu. Meski setiap harinya hal tersebut selalu aku lakukan, namun sensasinya begitu berbeda ketika idul fitri dengan hari biasanya. Ibu selalu gembira ketika kami semua anak-anaknya bisa melakukan hal itu sebagai tanda bakti kami. Dan begitupun sebaliknya, aku bahagia melakukan hal itu.
Ibu selalu mengajarkan kami untuk menjadi anak yang berbakti. Menjaga norma kesopanan terhadap orang lain, menjaga sikap dan berusaha bertutur kata yang baik, serta satu petuah yang selalu aku pegang hingga saat ini adalah selalu berbuat baik, meski orang lain tidak melakukan demikian, karena setiap kebaikan itu akan dibalas dengan kebaikan. Meskipun balasannya bukan langsung dari orang yang kita berbuat baik padanya, mungkin balasan kebaikannya datang dari orang lain. Jangan pernah dendam sedikitpun terhadap orang lain bagaimanapun kamu disakiti. Jadilah orang yang pemaaf. Begitulah, nasehat demi nasehat selalu diberikan pada kami. Dan memang apa yang beliau katakan benar adanya.
Ibu adalah satu-satunya orangtua yang aku punya saat ini. Sebisa mungkin aku ingin membahagiakan ibu. Begitupun sebaliknya, ibu juga ingin aku selalu bahagia. Mendapat apa yang aku inginkan dan berbagai harapan lainnya.
Aku anak ke-7 dari 8 bersaudara. Aku termasuk anak cewek paling bontot di keluarga. Semua saudaraku sudah berumah tangga. Tinggal aku dan adikku saja yang masih belum.
Sama seperti saudara lainnya. Ibu memperlakukan aku sangat penuh cinta. Meski seringkali membuat beliau marah dan kecewa. Aku termasuk dalam kategori anak penurut dalam keluarga. Jarang sekali melakukan kekeliruan hingga membuat ibu murka. Meskipun pernah sekali dua kali.
Aku memiliki sedikit persamaan dengan ibu. Meski dari segi wajah, tentu saja ibuku lebih cantik dan anggun. Sedangkan aku, wajah ya biasa2 aja dan sedikit tomboy. Mungkin setelah umur 27 saat ini. Tingkat ketomboy an itu mulai berkurang. Kalau dulu ngga usah ditanya, teman mainku ya cowok semua. Tapi sampai sekarang pun masih begitu. Hihi
Aku memprediksi bahwa dulu ibu pas masih muda sangat anggun. Tapi ternyata usut punya usut. Ibu juga ternyata dulunya adalah gadis tomboy. Disini persamaan kami terkuak. Hehe
Selain sama2 berjiwa sedikit perkasa. Hari lahir kami pun sama, sama-sama hari Kamis. Bahkan kata orang kebanyakan aku sama ibu memiliki perangai yang hampir mirip. Ibu ngga suka bakso aku ngga suka daging. Mata kami, sama2 agak sipit. Selera humor kamipun sama. Meskipun mungkin aku yang lebih sering membuat lelucon hingga ibu tertawa. Ibu mungkin juga sedikit egois seperti aku. Tapi beliau sangat penyabar. Ngga pernah sekalipun ibu akan mengeluarkan kata-kata kasar meskipun sedang marah besar. Hasil masakanku dengan ibu juga hampir mirip. Meskipun lebih enak ibu sih. Beliau juga adalah wanita solehah. Ibu adalah sosok kebanggaanku, panutanku. Untuk pendidikan ibu selalu menomorsatukan. Untuk persamaan mungkin sedikit saja. Karena meskipun banyak persamaan tapi pada dasarnya aku dan ibu sangat berbeda. Tentunya dalam lifestyle. Ibu orang yang realistis. Ngga suka sama hal yang tidak berfaedah. Misalnya nih kita ajak nonton ke bioskop atau minta izin naik gunung. Semua kegiatan itu hampir tidak akan pernah dikabulkan. Karena dianggap tidak berfaedah.
Ibu jarang marah, tapi sekalinya marah agak serem. Sosok ibu menurutku adalah wanita yang tangguh. Bapak beruntung sekali mendapatkan wanita seperti ibu.
Mendapat predikat sebagai anak penurut ternyata menjadi beban tersendiri. Untuk aku anak gadisnya yang belum berumah tangga. Ibu sangat selektif. Terutama soal calon pendamping hidup. Entah karena alasan apa. Ibu selalu menolak setiap pemuda yang datang ke rumah.
Aku selalu dilema setiap kali berbicara tentang calon di hadapan ibu. Ketika ekspektasi ibu begitu tinggi tentang calon pendampingku. Disitulah beban tersendiri buatku. Aku anak paling bontot. Jadi dapetnya harus lebih dari saudaraku yang lain. Ibu jarang meminta apa2 dariku. Tapi entah kenapa permintaannya kali ini begitu berat. Sangat berat dihati dan pikiranku.
Sayangnya aku tidak punya jiwa pemberontak. Sehingga terkadang meski permintaan ibu berlawanan dengan hati nuraniku. Tetap saja aku turuti. Karena ibu benar. Tapi bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan. Kali ini, aku hanya ingin meminta sama ibu agar memilih sesuatu berdasarkan pilihan dan hati nuraniku sendiri. Entahlah. Aku masih sanksi, apakah permintaanku kali ini akan dikabulkan. Ataukah aku justru akan dianggap menjadi seorang pemberontak bahkan menjadi sosok anak durhaka dimata ibu. Semoga saja tidak.
Ibu orang baik. Pasti akan bisa menerima keputusanku. Sepahit apapun itu. Kenapa jadi melow gini ya. Arrrghh. Ibu i love you.. ibu tidak akan pernah tergantikan dalam hatiku.
Tapi aku yakin. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang akan mendatangkan mudharat bagi hambaNya. Pasti disana akan ada manfaat. Berharap yang terbaik aja untuk hidupku dan keluargaku dan untuk semua orang yang aku sayangi.
Di momen idul fitri ini aku ingin jiwaku bisa berlebaran juga. Merasakan hari kemenangan dengan nikmat. Mendapatkan kemerdekaan jiwa dan raga. Segala beban pikiran bisa terangkat dan perasaanpun semakin baik. Tapi alangkah mirisnya aku saat ini. Jiwaku nyatanya masih belum merasakan nikmatnya berlebaran.
Kepalaku sakit Ya Allah. Kenapa sudah dua mingguan sakit tenggorokan ini tidak kunjung sembuh. Dadaku sedikit sesak. Capek batuk terus dari pagi sampai malam. Bahkan sampai pagi lagi. Berikanlah kesembuhan. Sepertinya butuh terapi otak. 😣😣
Komentar
Posting Komentar