Di tiga tempat yang saya kunjungi beberapa waktu lalu. Antara lain panti jompo tresna werdha, balai sosial karya wanita mirah adi dan yayasan tunanetra selagalas. Saya merasa benar-benar menjadi orang paling beruntung. Tidak hanya beruntung karena masih memiliki keluarga lengkap. Diberikan tubuh yang sempurna dan sehat. Masih bisa merasakan kecukupan ekonomi dan masih bisa mengenyam pendidikan sampe perguruan tinggi.
Mungkin memang beda orang beda nasib badan. Ada yang beruntung dan ada pula yang tidak. Hanya butuh kesyukuran aja atas apa yang di dapatkan saat ini. Saya lahir dari keluarga yang sangat disiplin terlebih menyangkut pendidikan agama. Agama adalah salah satu hal yang paling diperhatikan di keluarga. Ibadah harus menjadi nomor satu. Karena prinsipnya dunia dan akhirat harus seimbang.
Ketika kita punya bekal ilmu agama yang cukup. Maka yang namanya paham negatif pasti bisa dicegah. Yah mungkin ada benarnya juga. Tapi tidak sepenuhnya benar. Karena banyak juga orang yang beragama tapi justru melenceng. Sikap dan tingkah lakunya tidak mencerminkan orang beragama. Mungkin intinya terletak pada bagaimana orang itu benar - benar paham tentang makna dari agama itu sendiri. Makna ibadah yang dia kerjakan. Karena agama tidak cuma sekedar simbol tapi lebih kepada bagaimana keyakinan kita bahwa agama itu bisa menjadi benteng dalam menangkal hal negatif.
Kembali lagi pada pengalaman saya ke tiga tempat itu. Di panti jompo saya menemukan banyak nenek dan kakek yang ngga diurus keluarganya. Dianggap merepotkan dan cuma jadi beban anak cucu. Akhirnya dititipkan di panti jompo. Ditempat inilah air mata saya ngga bisa dibendung. Saya tiba2 terbayang wajah almarhum bapak dan kakek. Bagaimana dulunya saya suka enggan buat disuruh
mereka. Padahal sederhana doank nyuruhnya. Yah itu masa lalu. Pada kenyataannya hidup memang tidak selalu bisa menyajikan kenyamanan.
Di BSKW mirah adi. Saya juga mendapat pelajaran berharga. Ditempat ini banyak sekali anak anak yang kurang beruntung. Tidak bisa mengenyam pendidikan. Lahir dari keluarga kurang mampu dan mendapat perlakuan tidak layak dari orang yang tidak bertanggung jawab. Dipekerjakan sebagai wanita malam, menjadi korban tindak kekerasan bahkan percobaan pemerkosaan. Saya ngga sampai hati membayangkan apa yang mereka alami. Miris sekali. Disini saya juga tidak bisa menahan air mata.
Di yayasan tuna netra selagalas. Saya pun banyak mendapat pelajaran berharga. Ternyata banyak sekali anak anak yang lahir dalam keterbatasan namun mampu menorehkan prestasi. Meski mereka tidak bisa melihat. Tapi mereka tidak pernah bersedih atau kecewa dengan keadaan. Rona wajah mereka justru begitu bahagia. Saya jadi iri. Kenapa mereka bisa sebahagia itu. Padahal kita yang sempurna aja masih banyak yang sedikit sedikit mengeluh dan lain sebagainya. Ditempat ini air mata saya juga mengalir deras. Tidak bisa lagi dibendung. Sya merasa jdi orang paling tidak bersyukur di dunia. Mereka yang tidak mampu melihat dunia aja masih bisa menjalani hidup dengan bahagia. Lah saya yang masih dikasi kemampuan untuk melihat justru tidak bersyukur.
Tiga tempat itu telah sukses membuat hati saya terenyuh. ðŸ˜ðŸ˜
Mungkin memang beda orang beda nasib badan. Ada yang beruntung dan ada pula yang tidak. Hanya butuh kesyukuran aja atas apa yang di dapatkan saat ini. Saya lahir dari keluarga yang sangat disiplin terlebih menyangkut pendidikan agama. Agama adalah salah satu hal yang paling diperhatikan di keluarga. Ibadah harus menjadi nomor satu. Karena prinsipnya dunia dan akhirat harus seimbang.
Ketika kita punya bekal ilmu agama yang cukup. Maka yang namanya paham negatif pasti bisa dicegah. Yah mungkin ada benarnya juga. Tapi tidak sepenuhnya benar. Karena banyak juga orang yang beragama tapi justru melenceng. Sikap dan tingkah lakunya tidak mencerminkan orang beragama. Mungkin intinya terletak pada bagaimana orang itu benar - benar paham tentang makna dari agama itu sendiri. Makna ibadah yang dia kerjakan. Karena agama tidak cuma sekedar simbol tapi lebih kepada bagaimana keyakinan kita bahwa agama itu bisa menjadi benteng dalam menangkal hal negatif.
Kembali lagi pada pengalaman saya ke tiga tempat itu. Di panti jompo saya menemukan banyak nenek dan kakek yang ngga diurus keluarganya. Dianggap merepotkan dan cuma jadi beban anak cucu. Akhirnya dititipkan di panti jompo. Ditempat inilah air mata saya ngga bisa dibendung. Saya tiba2 terbayang wajah almarhum bapak dan kakek. Bagaimana dulunya saya suka enggan buat disuruh
mereka. Padahal sederhana doank nyuruhnya. Yah itu masa lalu. Pada kenyataannya hidup memang tidak selalu bisa menyajikan kenyamanan.
Di BSKW mirah adi. Saya juga mendapat pelajaran berharga. Ditempat ini banyak sekali anak anak yang kurang beruntung. Tidak bisa mengenyam pendidikan. Lahir dari keluarga kurang mampu dan mendapat perlakuan tidak layak dari orang yang tidak bertanggung jawab. Dipekerjakan sebagai wanita malam, menjadi korban tindak kekerasan bahkan percobaan pemerkosaan. Saya ngga sampai hati membayangkan apa yang mereka alami. Miris sekali. Disini saya juga tidak bisa menahan air mata.
Di yayasan tuna netra selagalas. Saya pun banyak mendapat pelajaran berharga. Ternyata banyak sekali anak anak yang lahir dalam keterbatasan namun mampu menorehkan prestasi. Meski mereka tidak bisa melihat. Tapi mereka tidak pernah bersedih atau kecewa dengan keadaan. Rona wajah mereka justru begitu bahagia. Saya jadi iri. Kenapa mereka bisa sebahagia itu. Padahal kita yang sempurna aja masih banyak yang sedikit sedikit mengeluh dan lain sebagainya. Ditempat ini air mata saya juga mengalir deras. Tidak bisa lagi dibendung. Sya merasa jdi orang paling tidak bersyukur di dunia. Mereka yang tidak mampu melihat dunia aja masih bisa menjalani hidup dengan bahagia. Lah saya yang masih dikasi kemampuan untuk melihat justru tidak bersyukur.
Tiga tempat itu telah sukses membuat hati saya terenyuh. ðŸ˜ðŸ˜
Komentar
Posting Komentar